Jual Memilih Calon Presiden!
#sayNoToBlackCampaign
"Ini Tentang Milih Capres, Bukan tentang memilih Partai!"
"Masa lalunya begini dan begitu! Jangan Dipilih"
"Di TV, si A hebat, begini, begini, dan begini loo!"
"Pendukung Si A banyak yang Black Campaign, ih!"
"Si A Bagus! Pilih si A"
"Si A Punya program A, B, C, D loo!"
Mohon maaf. Biasanya saya tidak tertarik untuk terlalu banyak berbicara tentang politik. Terlebih akhir-akhir ini bahasan tentang politik (khususnya pilpres) lebih banyak menimbulkan perpecahan. Namun, tanpa maksud sok tahu (karena bukan kapasitas saya membahas politik dengan mendalam), saya hanya ingin coba memberikan tanggapan menurut sudut pandang saya (sesuai kapasitas saya sebagai penyimak/penelaah) terkait beberapa pernyataan yang berkembang dimasyarakat terkait memilih capres, yang harapannya bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk menemukan pilihan terbaik bagi para pembaca.
Langsung saja yang pertama, ~~"Ini Tentang Milih Capres, Bukan tentang memilih Partai!". Kedua capres yang ada saat ini tentu bisa menjadi para calon presiden adalah erat kaitannya karena dukungan partai yang mengusung mereka. Mau tidak mau, suka tidak suka! Kenyataanya, kepentingan partai, tujuan, visi, dan misi partai jelas menjadi salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan setiap capres nantinya. Jika tidak, maka jelas mereka kacang lupa kulitnya. Dan setiap capres bergabung dengan salah satu partai tentu karena paling tidak mereka memiliki kedekatan visi dan misi.
Maka rekam jejak partai politik harusnya menjadi salah satu faktor yang sangat-sangat perlu untuk diperhatikan dalam menilai calon presidennya, karena setiap keputusan yang nanti akan dibuat oleh capres akan dipengaruhi parpol pengusungnya. Maka teliti rekam jejak parpolnya, teliti sosok-sosok yang mungkin akan banyak berpengaruh dari partai pengusung tersebut, perhatikan kelemahan ataupun kekuatan masing-masing partai, perhatikan keberhasilan, maupun kegagalan masing-masing partai.
~~"Masa lalunya begini dan begitu! Jangan Dipilih", setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah. Loh, orang-orang parpol kan bisa berubah juga? Benar, saya tidak pungkiri itu, orang-orang parpol yang MASA LALUNYA (perhatikan kata masa lalu) buruk belum tentu akan selalu seperti itu!
Namun, pahamilah bahwa rekam jejak partai dilihat dari bagaimana perkembangan partai dalam kurun waktu beberapa tahun (yang cukup singkat dan masih relevan dengan keadaan partai saat ini), serta bagaimana sikap SEBAGIAN BESAR orang dalam parpol tersebut. Sedangkan masa lalu adalah seperti cerita masa muda salah satu CAPRES, atau cerita yang telah berlalu beberapa dekade dari salah satu CAPRES. Sehingga dapat dipahami rekam jejak dan masa lalu tentu dua hal yang cukup berbeda. Selain itu, keburukkan yang kita dengar dari media, belum tentu kenyataannya seperti/sesederhana itu, ada banyak faktor yang mungkin mempengaruhi, mungkin saja keputusan buruk itu diambil untuk mencegah hal yang lebih buruk? Maka telaah dengan mendalam terlebih dahulu berita yang kita terima.
~~"Di TV, si A hebat, dia itu begini, begini, dan begini loo!" Pahamilah bahwa kebanyakan media populer, khususnya televisi nasional lebih mementingkan kepentingan komersil/bisnis daripada tingkat relevansi berita yang mereka hadirkan. Sehingga sudah bukan rahasia lagi jika besar kemungkinan ada banyak berita yang berat sebelah, digembar gemborkan, dilebihkan, atau malah diperburuk untuk kepentingan yang kaitannya dengan keuntungan bisnis para pelaku bisnis dibidang pertelevisian ini. Sehingga marilah lebih kritis, bandingkan dengan sangat seksama setiap berita, dan gunakan akal sehat yang ditambah referensi dari berbagai sumber untuk menyimpulkan kondisi sebenarnya dari setiap berita yang beredar. Jangan sampai kita menjadi korban berita yang tidak bertanggung jawab.
~~"Pendukung Si A banyak yang Black Campaign!" pada bagian ini mungkin akan lebih pantas jika kita menggunakan isu pertama, "Ini Tentang Milih Capres, Bukan tentang memilih Pendukung!". Saya tidak mengatakan ini sepenuhnya benar, namun paling tidak ini lebih tepat, karena sikap pendukung terhadap capresnya tentu tidak memiliki pertautan sikap yang cukup kuat. Banyak dari pelaku black campaign hanya didasari oleh fanatisme berlebih terhadap capresnya, bukan karena hasutan atau perintah capres bersangkutan.
Sehingga sangatlah bijak kita tidak mengambil penilaian terhadap capres melalui sikap fanatisme pendukungnya, jangan sampai si Buruk yang sedikit dengan black camapaignnya merusak atau merabunkan perspektif kita. Dan tentu akan SANGAT-SANGATLAH BIJAK pula jika kita tidak melakukan black campaign, karena bukannya akan membesarkan nama yang kita usung, malah akan lebih memberikan pencitraan yang negatif pada calon presiden yang kita banggakan, serta untuk diri kita sendiri karena sangat mungkin menjadi pemicu terjadinya perpecahan.
"Si A Punya program A, B, C, D loo!"
Parameter keberhasilan seorang calon presiden tentu bukan dari banyaknya program yang di miliki dari setiap calon presiden tersebut, namun lebih kepada tingkat kemungkinan keberhasilan calon pemilih dengan program-program yang mereka tawarkan. Maka lihat rekam jejak kepemimpinannya, lihat bagaimana tingkat keberhasilan program yang mereka jalankan jika dibandingkan dengan waktu yang telah ditempuh. Lihat efektifitas program yang tengah dijalankan oleh setiap calon presiden. Bukan melihat sebanyak apa program yang direncanakan oleh setiap calon!
"Si A Bagus! Pilih si A" Perhatikan, bahwa terpilihnya salah satu calon presiden selain kaitannya dengan kepemimpinan presiden itu sendiri nantinya, ada banyak dampak yang mungkin akan terjadi seiringnya perubahan jabatan tersebut. Anggap saja siapa yang akan mungkin menududuki kursi kabinet, keputusan apa yang akan terjadi, dan yang tidak kalah pentingnya adalah sering kali perubahan jabatan itu akan memberikan dampak pada daerah kemepimpinan sebelumnya. Ini bisa menjadi sederhana, atau sangat pelik, maka sangatlah perlu melakukan pertimbangan terhadap dampak-dampak potensial semacam ini.
Pahami, konteks kepemimpinan, ada banyak sekali faktor yang harusnya dijadikan pertimbangan dalam memilih pemimpin. Saya bukan pakar kepemimpinan, tapi paling tidak kita bisa menyimpulkan beberapa yang sangat masuk akal untuk dijadikan faktor sikap seorang pemimpin yakni seperti:
Mungkin saja tulisan ini ada manfaatnya untuk teman-teman dalam mempertimbangkan, tolong jika ada yang ingin berkomentar, atau memberikan bantahan, lakukan dengan santun. ^^
Ingatlah, pilihan anda mempengaruhi nasib bangsa ini.
Silahkan dibagikan, copas, atau dikutip sesuai keinginan anda, jika anda merasa akan bermanfaat.
Terimakasih, salam hangat Keluarga Pedia. ^^
"Ini Tentang Milih Capres, Bukan tentang memilih Partai!"
"Masa lalunya begini dan begitu! Jangan Dipilih"
"Di TV, si A hebat, begini, begini, dan begini loo!"
"Pendukung Si A banyak yang Black Campaign, ih!"
"Si A Bagus! Pilih si A"
"Si A Punya program A, B, C, D loo!"
Mohon maaf. Biasanya saya tidak tertarik untuk terlalu banyak berbicara tentang politik. Terlebih akhir-akhir ini bahasan tentang politik (khususnya pilpres) lebih banyak menimbulkan perpecahan. Namun, tanpa maksud sok tahu (karena bukan kapasitas saya membahas politik dengan mendalam), saya hanya ingin coba memberikan tanggapan menurut sudut pandang saya (sesuai kapasitas saya sebagai penyimak/penelaah) terkait beberapa pernyataan yang berkembang dimasyarakat terkait memilih capres, yang harapannya bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk menemukan pilihan terbaik bagi para pembaca.
Langsung saja yang pertama, ~~"Ini Tentang Milih Capres, Bukan tentang memilih Partai!". Kedua capres yang ada saat ini tentu bisa menjadi para calon presiden adalah erat kaitannya karena dukungan partai yang mengusung mereka. Mau tidak mau, suka tidak suka! Kenyataanya, kepentingan partai, tujuan, visi, dan misi partai jelas menjadi salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan setiap capres nantinya. Jika tidak, maka jelas mereka kacang lupa kulitnya. Dan setiap capres bergabung dengan salah satu partai tentu karena paling tidak mereka memiliki kedekatan visi dan misi.
Maka rekam jejak partai politik harusnya menjadi salah satu faktor yang sangat-sangat perlu untuk diperhatikan dalam menilai calon presidennya, karena setiap keputusan yang nanti akan dibuat oleh capres akan dipengaruhi parpol pengusungnya. Maka teliti rekam jejak parpolnya, teliti sosok-sosok yang mungkin akan banyak berpengaruh dari partai pengusung tersebut, perhatikan kelemahan ataupun kekuatan masing-masing partai, perhatikan keberhasilan, maupun kegagalan masing-masing partai.
~~"Masa lalunya begini dan begitu! Jangan Dipilih", setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah. Loh, orang-orang parpol kan bisa berubah juga? Benar, saya tidak pungkiri itu, orang-orang parpol yang MASA LALUNYA (perhatikan kata masa lalu) buruk belum tentu akan selalu seperti itu!
Namun, pahamilah bahwa rekam jejak partai dilihat dari bagaimana perkembangan partai dalam kurun waktu beberapa tahun (yang cukup singkat dan masih relevan dengan keadaan partai saat ini), serta bagaimana sikap SEBAGIAN BESAR orang dalam parpol tersebut. Sedangkan masa lalu adalah seperti cerita masa muda salah satu CAPRES, atau cerita yang telah berlalu beberapa dekade dari salah satu CAPRES. Sehingga dapat dipahami rekam jejak dan masa lalu tentu dua hal yang cukup berbeda. Selain itu, keburukkan yang kita dengar dari media, belum tentu kenyataannya seperti/sesederhana itu, ada banyak faktor yang mungkin mempengaruhi, mungkin saja keputusan buruk itu diambil untuk mencegah hal yang lebih buruk? Maka telaah dengan mendalam terlebih dahulu berita yang kita terima.
~~"Di TV, si A hebat, dia itu begini, begini, dan begini loo!" Pahamilah bahwa kebanyakan media populer, khususnya televisi nasional lebih mementingkan kepentingan komersil/bisnis daripada tingkat relevansi berita yang mereka hadirkan. Sehingga sudah bukan rahasia lagi jika besar kemungkinan ada banyak berita yang berat sebelah, digembar gemborkan, dilebihkan, atau malah diperburuk untuk kepentingan yang kaitannya dengan keuntungan bisnis para pelaku bisnis dibidang pertelevisian ini. Sehingga marilah lebih kritis, bandingkan dengan sangat seksama setiap berita, dan gunakan akal sehat yang ditambah referensi dari berbagai sumber untuk menyimpulkan kondisi sebenarnya dari setiap berita yang beredar. Jangan sampai kita menjadi korban berita yang tidak bertanggung jawab.
~~"Pendukung Si A banyak yang Black Campaign!" pada bagian ini mungkin akan lebih pantas jika kita menggunakan isu pertama, "Ini Tentang Milih Capres, Bukan tentang memilih Pendukung!". Saya tidak mengatakan ini sepenuhnya benar, namun paling tidak ini lebih tepat, karena sikap pendukung terhadap capresnya tentu tidak memiliki pertautan sikap yang cukup kuat. Banyak dari pelaku black campaign hanya didasari oleh fanatisme berlebih terhadap capresnya, bukan karena hasutan atau perintah capres bersangkutan.
Sehingga sangatlah bijak kita tidak mengambil penilaian terhadap capres melalui sikap fanatisme pendukungnya, jangan sampai si Buruk yang sedikit dengan black camapaignnya merusak atau merabunkan perspektif kita. Dan tentu akan SANGAT-SANGATLAH BIJAK pula jika kita tidak melakukan black campaign, karena bukannya akan membesarkan nama yang kita usung, malah akan lebih memberikan pencitraan yang negatif pada calon presiden yang kita banggakan, serta untuk diri kita sendiri karena sangat mungkin menjadi pemicu terjadinya perpecahan.
"Si A Punya program A, B, C, D loo!"
Parameter keberhasilan seorang calon presiden tentu bukan dari banyaknya program yang di miliki dari setiap calon presiden tersebut, namun lebih kepada tingkat kemungkinan keberhasilan calon pemilih dengan program-program yang mereka tawarkan. Maka lihat rekam jejak kepemimpinannya, lihat bagaimana tingkat keberhasilan program yang mereka jalankan jika dibandingkan dengan waktu yang telah ditempuh. Lihat efektifitas program yang tengah dijalankan oleh setiap calon presiden. Bukan melihat sebanyak apa program yang direncanakan oleh setiap calon!
"Si A Bagus! Pilih si A" Perhatikan, bahwa terpilihnya salah satu calon presiden selain kaitannya dengan kepemimpinan presiden itu sendiri nantinya, ada banyak dampak yang mungkin akan terjadi seiringnya perubahan jabatan tersebut. Anggap saja siapa yang akan mungkin menududuki kursi kabinet, keputusan apa yang akan terjadi, dan yang tidak kalah pentingnya adalah sering kali perubahan jabatan itu akan memberikan dampak pada daerah kemepimpinan sebelumnya. Ini bisa menjadi sederhana, atau sangat pelik, maka sangatlah perlu melakukan pertimbangan terhadap dampak-dampak potensial semacam ini.
Pahami, konteks kepemimpinan, ada banyak sekali faktor yang harusnya dijadikan pertimbangan dalam memilih pemimpin. Saya bukan pakar kepemimpinan, tapi paling tidak kita bisa menyimpulkan beberapa yang sangat masuk akal untuk dijadikan faktor sikap seorang pemimpin yakni seperti:
- Tegas, dan Berwibawa. Seorang pemimpin yang kurang berwibawa akan menjadi cemooh baik oleh pihak luar, maupun pihak yang dipimpinnya. Dan ini sangat mungkin untuk memberikan dampak buruk bagi apa yang dipimpinnya.
- Matang dalam mengambil keputusan, dan Fleksibel. Tentu setiap dari kita paham bahwa memimpin sangat erat kaitannya dengan pengambilan keputusan. Maka kemampuan yang baik serta fleksibelitas pemimpin dalam mengambil keputusan yang tepat sesuai keadaan adalah sangat penting.
- Kemampuan komunikasi yang baik. Pemimpin atau presiden disini akan banyak berkomunikasi, mengkomunikasikan kepentingan rakyatnya, baik kepada masyarakat, bawahannya, maupun berkomunikasi dengan pihak asing. Maka kemampuan berkomunikasi yang baik dalam paling tidak pada beberapa bahasa yang paling umum digunakan adalah sesuatu yang akan sangat berguna.
- Merakyat (mementingkan kepentingan rakyat), dan sederhana.
- Berani. Sama sekali tidak dapat dipungkiri, tekanan akan banyak dihadapi seorang pemimpin. Begitupun dengan presiden, ada banyak tekanan yang mungkin datang entah dari dalam daerah kepemimpinannya ataupun dari luar daerah. Tanpa keberanian dalam menentukan sikap, atas tekanan yang mungkin datang dari dalam parpol, ataupun oknum luar negeri, maka sangatlah mungkin kepentingan rakyat menjadi tumbal.
- Memotivasi, memiliki motivasi, dan memiliki keteguhan hati. Memahami motivasi dari kepemimpinan seorang pemimpin tentu bisa menjadi salah satu pertimbangan kita dalam menentukan. Apakah kekuasaan? atau Pelayanan? Apakah kepentingan pribadi, partai, atau semata-mata karena kecintaan pada apa yang mereka pimpin?
- Mampu memupuk kerjasama. Indonesia tentu sangatlah terlalu luas untuk para pemimpin turun tangan langsung dalam menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi di masyarakat. Maka seorang pemimpin tidak sekedar, atau tidaklah harus menguasai segala bidang yang terjadi di masyarakat, kemampuan memupuk kerjasama antar pimpinan-pimpinan wilayah, maupun pejabat pemerintahanlah yang lebih penting daripada kecakapan teknis dalam berbagai bidang praktis. Namun tentu saja dengan tetap memberikan keteladanan (sikap), yang menggambarkan bahwa apa yang menjadi perintah pemimpin adalah sesuatu yang berlaku pada dirinya jua.
- Dapat Menjadi contoh/pantas diteladani. Pemimpin seharusnya mampu menjadi contoh, tidak hanya pada bagaimana ia memimpin, namun bagaimana keseharian, keluarga, dan kehidupan sosialnya berlangsung seharusnya adalah contoh yang baik, dan sebagian besar seharusnya pantas diteladani. Tentu bukan sifat seorang pemimpin jika bertentangan dengan norma masyarakat, tentu bukan sifat pemimpin jika bertentangan dengan norma Agama, karena apabila norma-norma dasar yang sangat jelas tercantum di dasar negara saja tak mampu dipatuhi, maka sangatlah sulit untuk percaya seorang pemimpin akan menjadi contoh yang baik.
Mungkin saja tulisan ini ada manfaatnya untuk teman-teman dalam mempertimbangkan, tolong jika ada yang ingin berkomentar, atau memberikan bantahan, lakukan dengan santun. ^^
Ingatlah, pilihan anda mempengaruhi nasib bangsa ini.
Silahkan dibagikan, copas, atau dikutip sesuai keinginan anda, jika anda merasa akan bermanfaat.
Terimakasih, salam hangat Keluarga Pedia. ^^
Terimakasih atas kunjungan saudara pada Tulisan Abang Pedia Memilih Calon Presiden!.
!
!